Briket Bioarang dan bio-oil dari Sampah Pelepah daun Salak
(Salaca edulis)Sebagai Media Pembelajaran Konsep Entalphi
Dan Sumber Energi Alternatif Menuju Zero Emmision
Sampah adalah salah satu isu penting yang muncul di masyarakat. Masalah yang sering terjadi adalah produksi sampah yang terus meningkat, kurangnya pengelolaan sampah dan keterbatasan lahan tempat pembuangan akhir (TPA). Sampah pelepah daun salak merupakan salah satu masalah yang belum teratasi oleh petani salak di Magelang sampai saat ini
- Tanaman salak berbatang pendek dengan ruas-ruas yang rapat dan tertutup. Batang menjalar, membentuk rimpang, sering bercabang, diameter 10-15 cm. Pada tanaman yang sudah tua batangnya akan melata dan dapat bertunas. Tunas yang tumbuh ini disebut anakan, dan dapat digunakan sebagai bibit vegetatif (Nur Tjahjadi, 1989:14).
- Agar berbuah dengan baik, pelepah daun salak yang sudah tua perlu dipotong, karena daun salak berduri biasanya pelepah ini dibiarkan saja dibawah pohon sampai menjadi kompos. Proses ini memerlukan waktu yang lama.
Petani salak di Magelang memang biasa memanen buah salak tetapi belum mempunyai cukup teknologi untuk mengelola sampah pelepah daunnya. Pertanyaannya adalah dapatkah sampah pelepah daun salak diubah menjadi sumber energi alternatif ? Adakah teknologi sederhana yang dapat dilakukan untuk memanen sampah pelepah daun salak ?
Menurut penulis sampah pelepah daun salak dapat diubah menjadi briket bioarang dan bio-oil melalui proses pirolisis. Skema alat pirolisis seperti pada gambar :
Keterangan
Briket Bioarang dan bio-oil merupakan contoh energi kimia. Pembuatan energi kimia ini merupakan langkah terobosan untuk memanen sampah dan melatih siswa (masyarakat) menggunakan energi alternative pengganti minyak tanah. Selanjutnya briket bioarang ini digunakan sebagai media pembelajaran konsep entalpi, kelas XI IPA semester 1, yaitu sebagai bahan eksperimen penentuan kandungan energi kimia menggunakan alat calorimeter.